WeLcome to my Blog

Senin, 18 Juni 2012

PSAK No 50


BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Pesatnya perkembangan industri perbankan, kompleksitas transaksi yang terjadi di dalamnya, dan besarnya tuntutan masyarakat akan tranparansi bank, memicu perbankan untuk meningkatkan kemampuannya dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat. Jadi ilmu Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambil keputusan yang bersifat ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang terus menerus berubah karena adanya globalisasi, baik lingkungan bisnis yang bertumbuh bagus,dalam keadaan stagnasi maupun depresi. Tiap-tiap negara tentu saja mempunyaistandar akuntansi yang berbeda dengan negara lain. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kondisi ekonomi, paham ekonomi yang dianut, serta perbedaan kondisi politik dan sosial di tiap-tiap negara. Dengan keadaan yang seperti ini, tentu saja, laporan akuntansi pada perusahaan di masing-masing Negara juga berbeda (Sadjiarto, 1999).
Laporan tahunan (annual report) merupakan  dokumen yang wajib diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan. Laporan tahunan perusahaan terdiri dari komponen keuangan dan non keuangan di mana keduanya memiliki arti penting dalam menyampaikan informasi yang berguna bagi pengambilan  keputusan investasi dan kredit yang rasional serta keputusan sejenis lain oleh para stakeholder (Maines et al.,2002 dalam Amran et al.,2009). Sebagai contoh skandal dan kecurangan dalam praktik akuntansi yang menimpa Enron dan WorldCom. Kasus tersebut menyebabkan meningkatnya permintaan untuk pengungkapan dan penyajian yang lebih luas, pada bagian keuangan dan non keuangan dalam laporan tahunan. Meningkatnya permintaan stakeholder disebabkan para investor meragukan angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan. Angka-angka tersebut dianggap kurang transparan dalam menjelaskan kondisi perusahaan. Karena  tujuan utama pengungkapan dan penyajian informasi pada laporan keuangan adalah untuk memberikan bantuan kepada investor, kreditur dan pengguna laporan lainya dalam memahami resiko portofolio investasi sebagai dasar untuk melakukan keputusan ekonomi yang rasional. Oleh karena itu laporan keuangan haruslah memuat pengungkapan dan penyajian informasi yang cukup (full disclosure).
Sehingga dapat dimengerti dan diperbandingkan, meskipun laporan tersebut disusun atas dasar kebijakan akuntansi yang berbeda-beda antar perusahaan agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi, maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan (disclosure) yang memadai. Konsekuensinya, pengungkapan kebijakan akuntansi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Pengungkapan tersebut dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami dan dikomparasikan secara lebih baik.
Sejalan dengan perkembangan terkini standar keuangan yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia terutama PSAK 50 (revisi 2010) :Instrument Keuangan: Penyajian, maka tuntutan bagi perusahan di Indonesia untuk mengadopsi penuh dan menerapkannya dalam penyajian dan penyusunan laporan keuangan sehingga  pelaporan keuangan yang disajikan dalam bentuk kuantitatif, dimana informasi yang disajikan didalamnya merupakan sumber utama informasi keuangan yang disampaikan oleh manajemen kepada pihak-pihak di dalam maupun di luar perusahaan sehingga menjadi titik perhatian.
Berdasarkan hal inilah penulis akan membahas lebih mendalam tentang “Analisis Kualitas Instrument Keuangan: Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan di Indonesia PSAK 50 (revisi 2010)”

1.2  Rumusan Masalah
Permasalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah Apakah ada perbedaan yang signifikan praktek penyajian pada laporan keuangan perusahaan di Indonesia dengan standar yang sudah di tetapkan?

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak di capai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan praktek penyajian pada laporan keuangan di Indonesia dengan standar yang sudah di tetapkan..




1.4  Manfaat penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penulisan antara lain:
1.      Bagi penulis, dengan melakukan penulisan ini memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan baru, wawasan dan dapat menjadi referensi bagi penulis.
2.      Bagi perusahaan, dapat menjadi sebagai catatan/koreksi untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitasa laporan keuangan, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan.

1.5  Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran tentang makalah ini secara garis besar pembahasan dalam makalah ini dibagi tiga bab yaitu:
BAB I             PENDAHULUAN
                        Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan.
BAB II            LANDASAN TEORI
                        Bab ini menguraikan teori yang digunakan sebagai pendukung penulisan.
BAB III          STUDI KASUS
                        Bab ini penulis mencoba membahas kasus yang terkait dengan masalah instrument keuangan :penyajian.
BAB IV          PENUTUP
                        Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Pengertian PSAK 50
PSAK 50 adalah merupakan pernyataan standar akuntansi keuangan yang mengatur tentang instrumen keuangan: penyajian. Semua paragraf yang terdapat dalam PSAK 50 memiliki kekuatan mengatur  Pernyataan tersebut wajib diterapkan. Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai asset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain.
2.2  Pelaporan Keuangan
Sebagian besar sistem akuntansi dirancang untuk menghasilkan informasi untuk pelaporan internal dan eksternal. Informasi eksternal sifatnya jauh lebih ringkas di bandingkan informasi yang dilaporkan pada pemakai internal. Hal ini dapat di mengerti, karena perusahaan tidak mau mengungkapkan setiap rincian dari keuangan internalnya kepada pihak luar. Oleh karena itulah pelaporan keuangan eksternal diatur oleh lembaga yang dibentuk untuk membuat standar atau prinsip-prinsip yang dirancang untuk mendefinisikan secara saksama informasi apa yang harus diungkapkan oleh perusahaan kepada pihak luar. Standar akuntansi juga menciptakan metode yang seragam untuk menyajikan informasi sehingga laporan keuangan untuk berbagai perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan dengan lebih muda.

Laporan keuangan untuk tujuan umum merupakan pusat dari akuntansi keuangan. Tiga laporan keuangan utama ini terdiri atas:
1.      Neraca, pada suatu waktu tertentu, melaporkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan(asset), kewajiban perusahaan(utang), dan selisih bersih antara asset dan kewajiban, yang mewakili ekuitas atau modal pemilik.
2.      Laporan laba rugi, untuk rentang waktu tertentu, melaporkan asset bersih yang dihasilkan oleh operasi perusahaan (pendapatan), asset bersih yang digunakan(beban), dan selisihnya yang disebut laba bersih. Laporan laba rugi merupkan usaha terbaik akuntan dalam mengukur kinerja ekonomis suatu perusahaan pada periode tertentu.
3.      Laporan arus kas, untuk rentang waktu tertentu, melaporkan jumlah kas yang dihasilkan dan digunakan oleh perusahaan melalui tiga jenis aktivitas: operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang paling objektif karena tidak menggunakan berbagai estimasi dan penilaian akuntansi yang dibutuhkan untuk menyusun neraca dan laporan laba rugi.

2.3  Elemen-elemen Laporan Keuangan
adapun elemen-elemen dalam laporan keuangan adalah:
1.      aset (asset) merupakan kemungkinan manfaat ekonomi di masa yang akan dating yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu.
2.      Kewajiban (liability) merupakan kemungkinan pengorbanan manfat ekonomi di masa yang akan dating yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk mengalihkan aset atau menyediakan jasa kepada entitas lain pada masa yang akan dating sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.
3.      Modal (equity) merupakan sisa kepemilikan atas aset dari suatu entitas setelah dikurangi kewajiban-kewajibannya.
4.      Investasi oleh Pemilik adalah peningkatan modal dari perusahaan bisnis tertentu yang dihasilkan dari pengalihan dari entitas lain atau sesuatu yang bernilai untuk mendapatkan atau meningkatkan kepemilikannya dalam perusahaan tersebut. Aset merupakan yang paling banyak diterima sebagai investasi oleh pemilik, tetapi hal lain yang dapat diterima bisa berupa jasa.
5.      Distribusi kepada Pemilik merupakan penurunan modal dari perusahaan bisnis tertentu yang dihasilkan dari pengalihan aset, pemberian jasa atau timbul kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik. Distribusi kepada pemilik ini akan menurunkan kepemilikan dalam perusahaan.
6.      Laba Komprehensif merupakan perubahan dalam modal perusahaan bisnis   selama periode dari transaksi, kejadian, dan kondisi lainya yang berasal dari sumber-sumber selain pemilik. Termasuk di dalamnya adalah semua perubahan dalam modal selama suatu periode kecuali yang berasal dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.
7.      Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aset suatu entitas atau pelunasa kewajibanya dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa atau aktivitas lainyang merupakan usaha terbesar yang sedang dilakukan entitas.
8.      Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aset atau timbulnya kewajiban dari penyerahan barang, pemberian jasa atau pelaksanaan aktivitas lainya.
9.      Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas dari transaksi dan kondisi lainya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari investasi pemilik.
10.  Kerugian (loss) adalah penurunan dalam modal dari transaksi yang terjadi dari suatu entitas, kejadian, dan kondisi lainya yang mempengaruhi entitas.

Sebelum penyajian di dalam laporan keuangan ada hal yang perlu diperhatikan  berkaitan erat dengan pengakuan adalah pengukuran. Terdapat lima atribut pengukuran saat ini yang banyak digunakan dalam praktik:
1.      Biaya historis (historical cost) merupakan harga setara kas untuk barang atau jasa pada tanggal perolehan. Contohunsur yang diukur dengan menggunakan biaya historis adalah tanah, bangunan, perlatan, dan sebagian besar persediaan.
2.      Biaya pengganti saat ini (current replacement cost) adalah haraga setara kas yang ditukar pada saat ini untuk membeli atau menggantikan barang atau jasa yang sejenis. Contoh beberapa persediaan yang mengalami penurunan penilaian sejak diperoleh.
3.      Nilai pasar saat ini (current market value) adalah harga kas yang setara dengan harga yang bisa ditetapkan dengan menjual aset dalam kondisi penjualan biasa. Contoh beberapa instrument keuangan.
4.      Nilai realisasi bersih (net realizable value) adalah sejumlah kasa yang diharapkan akan diterima dari konversi aset dalam aktivitas bisnis normal. Contoh piutang dagang
5.      Nilai sekarang atau nilai yang didiskontokan (present atau discounted value) adalah jumlah arus masuk kas bersih di masa yang akan datang atau arus kas keluar yang didiskontokan ke nilai sekarang pada tingkat suku bunga yang sesuai. Contoh piutang jangka panjang, utang jangka panjang, dan aset operasi jangka panjang yang dianggap mengalami penurunan nilai.









BAB III
STUDI KASUS

3.1  Gambaran umum Perusahaan
Enron adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural Gas Company, sebuah konsorsium dari Northern American Power and Light Company, Lone Star Gas Company, dan United Lights and Railways Corporation. Kepemilikan konsorsium ini secara bertahap dibubarkan antara  1941 hingga 1947 melalui penawaran saham kepada publik. Pada 1979, Northern Natural Gas mengorganisir dirinya sebagai perusahaan induk, Internorth, yang menggantikan Northern Natural Gas di New York Stock Exchange. Enron sebelum tahun 2001 mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas , serta komunikasi (wikipedia.co.id).
Pada februari 2001, Enron telah dipandang sebagai model perusahaan pada industri tradisional yang mengadaptasi dan menciptakan perusahaan mereka menjadi perusahaan yang sukses pada era informasi. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh majalah fortune edisi bulan tersebut menyatakan Enron sebagai perusahaan paling inovatif di Amerika selama enam tahun terakhir. Hingga tanggal 16 Oktober 2001, cerita tentang Enron tampak sama dengan perusahaan sejenis
Pada titik ini sayangnya, cerita tentang Enron berubah menjadi sesuatu yang tak dapat dipercaya, dan yang pasti merupakan salah satu skandal akuntansi yang paling mahal sepanjang sejarah.
Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan kuartal ketiga. Pengumuman kepada pers menyatakan bahwa pro forma laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta pada kuartal ketiga tersebut, dibandingkan dengan $292 juta pada tahun sebelumnya. Pimpinan perusahaan Enron, Kenneth Lay, menyatakan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik dan ia memilih untuk tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus sebesar $1 miliar yang menyebabkan hasil actual pada periode tersebut, yang bila dilaporkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menjadi kerugian sebesar  $644 juta.
Pengumuman kepada pers tersebut memberikan peringatan kepada Wall Street. Para analis dan reporte bisnis mulai menggali untuk mengetahui apa yang terjadi di balik pembebenan sebesar $1 miliar tersebut. Selama dua hari berikutnya, dua reporter dari The Wall Street Journal, Jhon Emshwiller dan Rebecca Smith, melaporkan bahwa pembebanan $1 miliar tersebut berasal dari transaksi-transaksi yang dilakukan dengan perusahaan yang didirikan oleh direktur keuangan Enron. Terbukanya rahasia ini menimbulkan kecurigaan terhadap Enron, kecurigaan tersebut semakin kuat ketika diperoleh informasi yang lebih rinci tentang perusahaan yang didirikan oleh ndirektu keuangan Enron, dengan cara yang digunakan Enron untuk melaporkan pendapatan, dan budaya perusahaan secara umum. Harga saham perusahaan ini turn secara drastis dari $36,00 per lembarnya pada minggu sebelum tanggal 16 Oktober 2001 hingga menjadi $0,26 per lembarnya enam minggu kemudian.
Pada 2 Desember 2001, Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11 akibat kebangkrutan yang melanda perusahaan tersebut. Kebangkrutan ini disebabkan kegagalan pada proses bisnis dan manajemen (Eiteman, dkk, 2007). Juga akibat adanya penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif (wikipedia.co.id).
Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan Enron disebabkan terganggunya proses bisnis akibat credit rating perusahaan menurun pada November 2001. Hal ini dikarenakan sebagai perusahaan trading, membutuhkan rating nilai investasi untuk melakukan perdagangan dengan perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik, maka tidak akan ada perdagangan (Eiteman, dkk, 2007).
Terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan disebabkan hutangnya yang terlalu besar, yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian diklasifikasikan ulang sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat banyak special purpose entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan nilai ekuitas perusahaan jatuh (Eiteman, dkk, 2007).
Pada kasus Enron ini, lembaga-lembaga eksternal juga ikut bertanggung jawab terjadinya kasus tersebut. Diantaranya;
1.      Auditor. Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) adalah kantor akuntan Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah laporan keuangan Enron memenuhi GAAP (generally accepted accounting practices). Andersen, disewa dan dibayar oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk Enron, dimana hal ini melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya. Selain itu Andersen mengalami konflik kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari Enron, $5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi.
2.       Konsultan hukum. Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins juga disewa oleh Enron. Konsultan hukum ini bertanggungjawab untuk menyediakan opini hukum atas strategi, struktur, dan legalitas umum atas semua yang dilakukan oleh Enron. Sama dengan Andersen, saat ditanyakan mengapa tidak ikut menghalangi ide dan aktivitas ilegal Enron, konsultan hukum ini menjelaskan bahwa Enron tidak memberikan informasi yang lengkap, khususnya tentang kepemilikan di SPEs.
3.      Regulator. Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar energi diawasi oleh Federal Energy Regulatory Commission (FERC), akan tetapi FERC tidak melakukan pengawasan secara mendalam. Hal ini dikarenakan Enron melakukan aktivitasnya dalam perdagangan listrik tidak di satu negara, yaitu antar negara.
4.      Pasar ekuitas. Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti peraturan dari SEC. Akan tetapi dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan investigasi secara mendalam atau melakukan konfirmasi ulang terhadap Enron. SEC hanya mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh lembaga lain seperti auditor perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE mengharuskan Enron memenuhi peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak hanya melakukan verifikasi firsthand.
5.       Pasar hutang. Enron, seperti perusahaan lainnya menginginkan dan membutuhkan sebuah nilai rating. Sehingga Enron membayar  Standard & Poors serta Moody’s untuk memberikan nilai rating. Rating ini dibutuhkan untuk sekuritas hutang perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar. Yang menjadi masalah, perusahaan rating tersebut hanya melakukan analisis sebatas pada data yang diberikan kepada mereka oleh Enron, operasional dan aktivitas keuangan Enron. Terjadi perdebatan apakah perusahaan rating harus memeriksa total hutang perusahaan atau tidak. Khususnya yang berkaitan dengan SPEs.
Meningkatnya defisit dalam arus kas perusahaan menyebabkan timbulnya masalah manajemen keuangan yang mendasar pada Enron. Pertumbuhan perusahaan membutuhkan adanya modal eksternal. Tambahan modal dapat diperoleh dari hutang baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan Jeff Skilling, enggan untuk menerbitkan jumlah besar dari ekuitas baru. Karena akan mendilusi laba dan jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham.  Pilihan menggunakan utang juga terbatas, dengan tingkat utang yang tinggi menyebabkan rating Enron hanya sebesar BBB, tingkat rating yang rendah oleh lembaga pemberi rating (Eiteman, dkk, 2007).
Andrew Fastow bersama dengan asistennya membuat SPEs, alat yang digunakan dalam jasa keuangan. SPEs memiliki dua tujuan penting, pertama; menjual aset-aset yang bermasalah ke rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari neraca, mengurangi tekanan akibat utang dan menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal ini dapat mendatangkan dana tambahan untuk membiayai kesempatan investasi baru. Kedua; memperoleh pendapatan untuk memenuhi laba yang disyaratkan oleh Wall Street.
SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1) ekuitas dalam bentuk saham tresuri, (2) ekuitas dalam bentuk minimum 3% dari aset yang berasal dari pihak ketiga yang tidak berhubungan, (3) jumlah yang besar dari utang bank. Modal ini berada pada sisi kanan neraca SPEs, akan tetapi pada sisi kiri modal digunakan untuk membeli aset dari Enron. Hal ini menyebabkan harga saham SPEs berkaitan dengan harga saham Enron. Saat saham SPEs naik, maka saham Enron ter-apresiasi. Sedangkan saat harga saham SPEs turun, maka harga saham Enron ter-depresiasi (Eiteman, dkk, 2007).
Menurunnya harga saham Enron hingga $47 per lembar saham pada bulan Juli 2001, menyebabkan investor curiga. Hal ini menyebabkan Sherron Watkins, wakil presiden Enron mencoba memperingatkan Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar surat yang menjelaskan proses akuntan yang tidak wajar sehubungan dengan SPEs dan memperingatkan akan kecurangan proses akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron Watkins tidak dihiraukan oleh Ken Lay, sehingga terjadilah tsunami di Enron. Harga sahamnya jatuh hingga tersisa $1 per lembar saham yang menyebabkan Enron bangkrut (Velasquez, 2006).Pada Bulan Februari 2002, Sherron Watkins dipanggil oleh DPR untuk menjelaskan skandal Enron, tentang aktivitas akuntansi perusahaan. Kemudian Sherron Watkins menjelaskan semua permasalahan tersebut, dan menyebabkan dirinya dijuluki sebagai courageous whistleblower (Velasquez, 2006).

3.2  Analisis Kasus
Pada kasus ini dapat kita lihat bahwa Enron mengadopsi model SWM (Shareholder Wealth Maximization), dengan asumsi bahwa pasar efisien. Ini mengandung makna, harga saham selalu tepat memproyeksikan harapan akan return dan risiko yang dipersepsikan oleh investor. Model SWM ini fokus pada maksimalisasi nilai jangka panjang, bukan hanya jangka pendek. Sedangkan Enron lebih berfokus pada tujuan jangka pendek untuk memenuhi komitmen dengan Wall Street. Fokus jangka pendek oleh manajemen dan investor ini disebut dengan impatient capitalism.
Pertanyaan dan jawaban:
1.      Manakah dalam sistem pengelolaan perusahaan, baik internal maupun eksternal yang menjadi penyebab utama kegagalan Enron?
Internal
Masalah yang berasal dari BOD yang bersinergi dengan Andy Fastow membentuk SPEs. SPEs ini digunakan sebagai perusahaan pengalihan utang Enron dan aset Enron yang bermasalah. Tujuan SPE yaitu;
Ø  Menjual aset Enron yang bermasalah untuk mendapatkan dana investasi baru
Ø  Menjual investasi yang bermasalah ke rekanan dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan sesuai dengan target dari Wall Street
Eksternal
Ø  Auditor: Arthur Andersen bersikap tidak independen dalam mengaudit laporan keuangan Enron
2.      Jelaskan bagaimana seharusnya pemegang saham individu dan komponen dari sistem pengelolaan perusahaan mencegah masalah pada Enron atau menyelesaikan masalah sebelum terjadi krisis?
Untuk mencegah masalah:
Ø  Auditor: melakukan audit sesuai dengan kode etik profesi akuntan dan GAAP. Audit forensik – Audit investigatif
Ø  Legal counsel: seharusnya melakukan investasi secara detail dan menyeluruh pada manajemen, khususnya yang menyangkut aspek legalitas pada kepemilikan dari SPEs.
Ø  Regulator: bertanggungjawab mengawasi perusahaan secara mendalam, penerbitan peraturan dan UU khususnya dalam GCG
Ø  Equity market: seharusnya tidak langsung percaya pada nama besar/ reputasi besar KAP Arthur Andersen tetapi juga melakukan analisis laporan keuangan intensif dan investigasi secara mendalam tidak hanya berdasar pada hasil audit.
Ø  Debt market: memberi rating perusahaan sesuai dengan hasil investigasi yang mendalam
Ø  Bank and Bankers: bersikap independen dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan dan menganalisis hubungan kepemilikan antar perusahaan
Menyelesaikan masalah yang terjadi:
Ø  Menerbitkan peraturan yang jelas untk mengatur transparansi pengungkapan transaksi keuangan antar perusahaan (regulator)
Ø  Tuntutan hukum terhadap manajemen Enron yang bertanggung-jawab atas terjadinya permasalahan ini
Ø  Dibubarkannya firma KAP Arthur Andersen
Ø  Jasa audit KAP dipisah dengan jasa konsultan perusahaan untuk independensi KAP
Ø  Banyak kasus auditor mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak bekerja dibawah pengawasan komite audit (KA) dan tidak bebas dari pengaruh manajemen senior perusahaan – sehingga perlu KA dari eksternal seperti akademisi dan praktisi akuntansi.
3.      Jika semua perusahaan publik di Amerika menjalankan operasinya seperti Enron, mengapa orang akan berpikir hal ini akan menjadi isolated incident, dan bukan contoh dari banyak kegagalan?
Ø  Karena masalah Enron melibatkan pihak-pihak internal maupun eksternal dalam bentuk kecurangan yang sistemik. Sehingga sulit mengungkapkan kecurangan yang Enron lakukan. Hal inilah yang mendorong pemerintah Amerika mengeluarkan Sarbanes Oxley Act 2002, pada tanggal 30 Juli 2002.










BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
 Dari analisis dan evaluasi yang disajikan dalam bab sebelumnya, dengan mengacu kepada uraian teoritis yang ada, maka penulis mencoba menarik kesimpulan bahwa  tidak terdapat perbedaan tingkat kelengkapan penyajian informasi keuangan setiap perusahaan di Indonesia.

















DAFTAR PUSTAKA
Dewan Standar Akuntansi Keuangan,2010,”PSAK 50 (Revisi 2010):Instrument Keuangan: Penyajian, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Farichah,2009,”Analisis Hubungan Antara Karakteristik dan Kualitas Pengungkapan Pada Laporan Keuangan Perusahaan di IndonesiaJurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.14 No.2.Juli 2009.
Sadjiarto,Arya,1999.”Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standarisasi.”Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol.1, No.2, Hal 144-161
Stice, Earl K,2009,”Akuntansi Keuangan ,”Jakarta, Salemba Empat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar