BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya
perkembangan industri perbankan, kompleksitas transaksi yang terjadi di
dalamnya, dan besarnya tuntutan masyarakat akan tranparansi bank, memicu
perbankan untuk meningkatkan kemampuannya dalam rangka menjaga kepercayaan
masyarakat. Jadi ilmu Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambil
keputusan yang bersifat ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang
terus menerus berubah karena adanya globalisasi, baik lingkungan bisnis yang
bertumbuh bagus,dalam keadaan stagnasi maupun depresi. Tiap-tiap negara tentu
saja mempunyaistandar akuntansi yang berbeda dengan negara lain. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kondisi ekonomi, paham ekonomi yang
dianut, serta perbedaan kondisi politik dan sosial di tiap-tiap negara. Dengan
keadaan yang seperti ini, tentu saja, laporan akuntansi pada perusahaan di
masing-masing Negara juga berbeda (Sadjiarto, 1999).
Laporan
tahunan (annual report)
merupakan dokumen yang wajib diterbitkan
setiap tahun oleh perusahaan. Laporan tahunan perusahaan terdiri dari komponen
keuangan dan non keuangan di mana keduanya memiliki arti penting dalam
menyampaikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan investasi dan kredit yang rasional
serta keputusan sejenis lain oleh para stakeholder
(Maines et al.,2002 dalam Amran et al.,2009). Sebagai contoh skandal dan
kecurangan dalam praktik akuntansi yang menimpa Enron dan WorldCom. Kasus
tersebut menyebabkan meningkatnya permintaan untuk pengungkapan dan penyajian yang
lebih luas, pada bagian keuangan dan non keuangan dalam laporan tahunan.
Meningkatnya permintaan stakeholder
disebabkan para investor meragukan angka-angka akuntansi yang disajikan dalam
laporan tahunan perusahaan. Angka-angka tersebut dianggap kurang transparan
dalam menjelaskan kondisi perusahaan. Karena
tujuan utama pengungkapan dan penyajian informasi pada laporan keuangan
adalah untuk memberikan bantuan kepada investor, kreditur dan pengguna laporan
lainya dalam memahami resiko portofolio investasi sebagai dasar untuk melakukan
keputusan ekonomi yang rasional. Oleh karena itu laporan keuangan haruslah
memuat pengungkapan dan penyajian informasi yang cukup (full disclosure).
Sehingga
dapat dimengerti dan diperbandingkan, meskipun laporan tersebut disusun atas
dasar kebijakan akuntansi yang berbeda-beda antar perusahaan agar informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan
salah interpretasi, maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan
pengungkapan (disclosure) yang
memadai. Konsekuensinya, pengungkapan kebijakan akuntansi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Pengungkapan tersebut dimaksudkan agar
laporan keuangan dapat dipahami dan dikomparasikan secara lebih baik.
Sejalan dengan
perkembangan terkini standar keuangan yang diterbitkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia terutama PSAK 50 (revisi
2010) :Instrument Keuangan: Penyajian, maka tuntutan bagi perusahan di
Indonesia untuk mengadopsi penuh dan menerapkannya dalam penyajian dan
penyusunan laporan keuangan sehingga pelaporan keuangan yang
disajikan dalam bentuk kuantitatif, dimana informasi yang disajikan didalamnya
merupakan sumber utama informasi keuangan yang disampaikan oleh manajemen
kepada pihak-pihak di dalam maupun di luar perusahaan sehingga menjadi titik
perhatian.
Berdasarkan hal inilah penulis
akan membahas lebih mendalam tentang “Analisis
Kualitas Instrument Keuangan: Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan di
Indonesia PSAK 50 (revisi 2010)”
1.2 Rumusan Masalah
Permasalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah Apakah ada
perbedaan yang signifikan praktek penyajian pada laporan keuangan perusahaan di
Indonesia
dengan standar yang sudah di tetapkan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak di capai dalam penulisan ini adalah untuk
mengetahui adakah perbedaan yang signifikan praktek penyajian pada laporan
keuangan di Indonesia
dengan standar yang sudah di tetapkan..
1.4 Manfaat penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penulisan antara
lain:
1.
Bagi penulis, dengan melakukan penulisan ini memperoleh
pengalaman dan ilmu pengetahuan baru, wawasan dan dapat menjadi referensi bagi
penulis.
2.
Bagi perusahaan, dapat menjadi sebagai catatan/koreksi
untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitasa laporan keuangan, sekaligus
memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran tentang makalah ini secara garis
besar pembahasan dalam makalah ini dibagi tiga bab yaitu:
BAB
I PENDAHULUAN
Bab
ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN
TEORI
Bab
ini menguraikan teori yang digunakan sebagai pendukung penulisan.
BAB III STUDI
KASUS
Bab
ini penulis mencoba membahas kasus yang terkait dengan masalah instrument
keuangan :penyajian.
BAB IV PENUTUP
Bab
ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian PSAK 50
PSAK
50 adalah merupakan pernyataan standar akuntansi keuangan yang mengatur tentang
instrumen keuangan: penyajian. Semua paragraf yang terdapat dalam PSAK 50 memiliki
kekuatan mengatur Pernyataan tersebut
wajib diterapkan. Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai
asset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas
lain.
2.2
Pelaporan
Keuangan
Sebagian besar
sistem akuntansi dirancang untuk menghasilkan informasi untuk pelaporan
internal dan eksternal. Informasi eksternal sifatnya jauh lebih ringkas di
bandingkan informasi yang dilaporkan pada pemakai internal. Hal ini dapat di
mengerti, karena perusahaan tidak mau mengungkapkan setiap rincian dari
keuangan internalnya kepada pihak luar. Oleh karena itulah pelaporan keuangan
eksternal diatur oleh lembaga yang dibentuk untuk membuat standar atau
prinsip-prinsip yang dirancang untuk mendefinisikan secara saksama informasi apa
yang harus diungkapkan oleh perusahaan kepada pihak luar. Standar akuntansi
juga menciptakan metode yang seragam untuk menyajikan informasi sehingga
laporan keuangan untuk berbagai perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan
dengan lebih muda.
Laporan keuangan
untuk tujuan umum merupakan pusat dari akuntansi keuangan. Tiga laporan
keuangan utama ini terdiri atas:
1.
Neraca, pada suatu waktu tertentu, melaporkan
sumberdaya yang dimiliki perusahaan(asset),
kewajiban perusahaan(utang), dan selisih bersih antara asset dan kewajiban,
yang mewakili ekuitas atau modal pemilik.
2.
Laporan laba rugi, untuk rentang waktu tertentu,
melaporkan asset bersih yang dihasilkan oleh operasi perusahaan (pendapatan),
asset bersih yang digunakan(beban), dan selisihnya yang disebut laba bersih.
Laporan laba rugi merupkan usaha terbaik akuntan dalam mengukur kinerja
ekonomis suatu perusahaan pada periode tertentu.
3.
Laporan arus kas, untuk rentang waktu tertentu,
melaporkan jumlah kas yang dihasilkan dan digunakan oleh perusahaan melalui tiga
jenis aktivitas: operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan arus kas merupakan
laporan keuangan yang paling objektif karena tidak menggunakan berbagai
estimasi dan penilaian akuntansi yang dibutuhkan untuk menyusun neraca dan
laporan laba rugi.
2.3
Elemen-elemen
Laporan Keuangan
adapun elemen-elemen dalam
laporan keuangan adalah:
1. aset
(asset) merupakan kemungkinan manfaat
ekonomi di masa yang akan dating yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas
tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu.
2. Kewajiban
(liability) merupakan kemungkinan
pengorbanan manfat ekonomi di masa yang akan dating yang timbul dari kewajiban
sekarang dari suatu entitas untuk mengalihkan aset atau menyediakan jasa kepada
entitas lain pada masa yang akan dating sebagai hasil dari transaksi atau
kejadian masa lalu.
3. Modal
(equity) merupakan sisa kepemilikan
atas aset dari suatu entitas setelah dikurangi kewajiban-kewajibannya.
4. Investasi
oleh Pemilik adalah peningkatan modal dari perusahaan bisnis tertentu yang
dihasilkan dari pengalihan dari entitas lain atau sesuatu yang bernilai untuk
mendapatkan atau meningkatkan kepemilikannya dalam perusahaan tersebut. Aset
merupakan yang paling banyak diterima sebagai investasi oleh pemilik, tetapi
hal lain yang dapat diterima bisa berupa jasa.
5. Distribusi
kepada Pemilik merupakan penurunan modal dari perusahaan bisnis tertentu yang
dihasilkan dari pengalihan aset, pemberian jasa atau timbul kewajiban oleh
perusahaan kepada pemilik. Distribusi kepada pemilik ini akan menurunkan kepemilikan
dalam perusahaan.
6. Laba
Komprehensif merupakan perubahan dalam modal perusahaan bisnis selama
periode dari transaksi, kejadian, dan kondisi lainya yang berasal dari
sumber-sumber selain pemilik. Termasuk di dalamnya adalah semua perubahan dalam
modal selama suatu periode kecuali yang berasal dari investasi oleh pemilik dan
distribusi kepada pemilik.
7. Pendapatan
(revenue) adalah arus masuk atau
peningkatan lain dari aset suatu entitas atau pelunasa kewajibanya dari
penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa atau aktivitas lainyang
merupakan usaha terbesar yang sedang dilakukan entitas.
8. Beban
(expense) adalah arus keluar atau
penggunaan lain dari aset atau timbulnya kewajiban dari penyerahan barang,
pemberian jasa atau pelaksanaan aktivitas lainya.
9. Keuntungan
(gain) adalah peningkatan dalam
ekuitas dari transaksi dan kondisi lainya yang mempengaruhi entitas tersebut,
kecuali yang berasal dari investasi pemilik.
10. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam modal dari
transaksi yang terjadi dari suatu entitas, kejadian, dan kondisi lainya yang
mempengaruhi entitas.
Sebelum
penyajian di dalam laporan keuangan ada hal yang perlu diperhatikan berkaitan erat dengan pengakuan adalah
pengukuran. Terdapat lima
atribut pengukuran saat ini yang banyak digunakan dalam praktik:
1. Biaya
historis (historical cost) merupakan
harga setara kas untuk barang atau jasa pada tanggal perolehan. Contohunsur
yang diukur dengan menggunakan biaya historis adalah tanah, bangunan, perlatan,
dan sebagian besar persediaan.
2. Biaya
pengganti saat ini (current replacement
cost) adalah haraga setara kas yang ditukar pada saat ini untuk membeli
atau menggantikan barang atau jasa yang sejenis. Contoh beberapa persediaan
yang mengalami penurunan penilaian sejak diperoleh.
3. Nilai
pasar saat ini (current market value)
adalah harga kas yang setara dengan harga yang bisa ditetapkan dengan menjual
aset dalam kondisi penjualan biasa. Contoh beberapa instrument keuangan.
4. Nilai
realisasi bersih (net realizable value)
adalah sejumlah kasa yang diharapkan akan diterima dari konversi aset dalam
aktivitas bisnis normal. Contoh piutang dagang
5. Nilai
sekarang atau nilai yang didiskontokan (present
atau discounted value) adalah jumlah
arus masuk kas bersih di masa yang akan datang atau arus kas keluar yang didiskontokan
ke nilai sekarang pada tingkat suku bunga yang sesuai. Contoh piutang jangka
panjang, utang jangka panjang, dan aset operasi jangka panjang yang dianggap
mengalami penurunan nilai.
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Gambaran umum Perusahaan
Enron
adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas,
Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural
Gas Company, sebuah konsorsium dari Northern American Power and Light Company, Lone Star Gas
Company, dan United Lights and Railways
Corporation. Kepemilikan konsorsium ini secara bertahap dibubarkan antara 1941 hingga 1947 melalui penawaran saham
kepada publik. Pada 1979, Northern Natural Gas mengorganisir dirinya sebagai
perusahaan induk, Internorth, yang menggantikan Northern Natural Gas di New York Stock Exchange.
Enron sebelum tahun 2001 mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan
merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas
alam, bubur kertas , serta komunikasi (wikipedia.co.id).
Pada
februari 2001, Enron telah dipandang sebagai model perusahaan pada industri
tradisional yang mengadaptasi dan menciptakan perusahaan mereka menjadi
perusahaan yang sukses pada era informasi. Bahkan penelitian yang dilakukan
oleh majalah fortune edisi bulan
tersebut menyatakan Enron sebagai perusahaan paling inovatif di Amerika selama
enam tahun terakhir. Hingga tanggal 16 Oktober 2001, cerita tentang Enron
tampak sama dengan perusahaan sejenis
Pada
titik ini sayangnya, cerita tentang Enron berubah menjadi sesuatu yang tak
dapat dipercaya, dan yang pasti merupakan salah satu skandal akuntansi yang
paling mahal sepanjang sejarah.
Pada
tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan kuartal ketiga.
Pengumuman kepada pers menyatakan bahwa pro forma laba bersih Enron telah
meningkat menjadi $393 juta pada kuartal ketiga tersebut, dibandingkan dengan
$292 juta pada tahun sebelumnya. Pimpinan perusahaan Enron, Kenneth Lay,
menyatakan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat
baik dan ia memilih untuk tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan
biaya akuntansi khusus sebesar $1 miliar yang menyebabkan hasil actual pada
periode tersebut, yang bila dilaporkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum akan menjadi kerugian sebesar
$644 juta.
Pengumuman
kepada pers tersebut memberikan peringatan kepada Wall Street. Para analis dan reporte bisnis mulai menggali untuk
mengetahui apa yang terjadi di balik pembebenan sebesar $1 miliar tersebut.
Selama dua hari berikutnya, dua reporter dari The Wall Street Journal, Jhon
Emshwiller dan Rebecca Smith,
melaporkan bahwa pembebanan $1 miliar tersebut berasal dari transaksi-transaksi
yang dilakukan dengan perusahaan yang didirikan oleh direktur keuangan Enron.
Terbukanya rahasia ini menimbulkan kecurigaan terhadap Enron, kecurigaan
tersebut semakin kuat ketika diperoleh informasi yang lebih rinci tentang
perusahaan yang didirikan oleh ndirektu keuangan Enron, dengan cara yang
digunakan Enron untuk melaporkan pendapatan, dan budaya perusahaan secara umum.
Harga saham perusahaan ini turn secara drastis dari $36,00 per lembarnya pada
minggu sebelum tanggal 16 Oktober 2001 hingga menjadi $0,26 per lembarnya enam
minggu kemudian.
Pada
2 Desember 2001, Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11 akibat
kebangkrutan yang melanda perusahaan tersebut. Kebangkrutan ini disebabkan kegagalan pada proses bisnis dan manajemen
(Eiteman, dkk, 2007). Juga akibat adanya penipuan akuntansi yang sistematis,
terlembaga, dan direncanakan secara kreatif (wikipedia.co.id).
Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan
Enron disebabkan terganggunya proses bisnis akibat credit rating perusahaan menurun pada November 2001. Hal ini
dikarenakan sebagai perusahaan trading,
membutuhkan rating nilai investasi untuk melakukan perdagangan dengan
perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik, maka tidak akan ada perdagangan
(Eiteman, dkk, 2007).
Terjadinya penurunan nilai rating
investasi perusahaan disebabkan hutangnya yang terlalu besar, yang sebelumnya
tidak tercatat dalam neraca (off balance
sheet) kemudian diklasifikasikan ulang sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya
sebesar $13 juta tetapi bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang
dilakukan karena terdapat banyak special
purpose entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca yang
memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi ketidakcocokan saat dilakukan
konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan nilai ekuitas perusahaan jatuh
(Eiteman, dkk, 2007).
Pada kasus Enron ini, lembaga-lembaga
eksternal juga ikut bertanggung jawab terjadinya kasus tersebut. Diantaranya;
1. Auditor. Arthur
Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) adalah kantor akuntan
Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan pemeriksaan dan memberikan
kesaksian apakah laporan keuangan Enron memenuhi GAAP (generally accepted accounting practices). Andersen, disewa dan
dibayar oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk Enron, dimana
hal ini melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya. Selain itu Andersen
mengalami konflik kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari Enron,
$5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi.
2. Konsultan hukum. Konsultan hukum Enron,
khususnya Vinson & Elkins juga disewa oleh Enron. Konsultan hukum ini
bertanggungjawab untuk menyediakan opini hukum atas strategi, struktur, dan
legalitas umum atas semua yang dilakukan oleh Enron. Sama dengan Andersen, saat
ditanyakan mengapa tidak ikut menghalangi ide dan aktivitas ilegal Enron,
konsultan hukum ini menjelaskan bahwa Enron tidak memberikan informasi yang
lengkap, khususnya tentang kepemilikan di SPEs.
3. Regulator. Enron
sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar energi diawasi oleh
Federal Energy Regulatory Commission (FERC), akan tetapi FERC tidak melakukan
pengawasan secara mendalam. Hal ini dikarenakan Enron melakukan aktivitasnya
dalam perdagangan listrik tidak di satu negara, yaitu antar negara.
4. Pasar ekuitas.
Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti peraturan dari SEC. Akan
tetapi dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan investigasi secara mendalam
atau melakukan konfirmasi ulang terhadap Enron. SEC hanya mengandalkan pada
testimoni yang dibuat oleh lembaga lain seperti auditor perusahaan (Arthur
Andersen). Sedangkan NYSE mengharuskan Enron memenuhi peraturan perdagangan di
NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak hanya melakukan verifikasi firsthand.
5.
Pasar hutang. Enron, seperti perusahaan lainnya menginginkan dan
membutuhkan sebuah nilai rating. Sehingga Enron membayar Standard & Poors serta Moody’s untuk
memberikan nilai rating. Rating ini dibutuhkan untuk sekuritas hutang
perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar. Yang menjadi masalah,
perusahaan rating tersebut hanya melakukan analisis sebatas pada data yang
diberikan kepada mereka oleh Enron, operasional dan aktivitas keuangan Enron.
Terjadi perdebatan apakah perusahaan rating harus memeriksa total hutang
perusahaan atau tidak. Khususnya yang berkaitan dengan SPEs.
Meningkatnya
defisit dalam arus kas perusahaan menyebabkan timbulnya masalah manajemen
keuangan yang mendasar pada Enron. Pertumbuhan perusahaan membutuhkan adanya
modal eksternal. Tambahan modal
dapat diperoleh dari hutang baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan Jeff Skilling,
enggan untuk menerbitkan jumlah besar dari ekuitas baru. Karena akan mendilusi
laba dan jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham. Pilihan menggunakan utang juga terbatas,
dengan tingkat utang yang tinggi menyebabkan rating Enron hanya sebesar BBB,
tingkat rating yang rendah oleh lembaga pemberi rating (Eiteman, dkk, 2007).
Andrew Fastow bersama dengan asistennya
membuat SPEs, alat yang digunakan dalam jasa keuangan. SPEs memiliki dua tujuan penting, pertama; menjual
aset-aset yang bermasalah ke rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari
neraca, mengurangi tekanan akibat utang dan menyembunyikan kinerja buruk
investasi. Hal ini dapat
mendatangkan dana tambahan untuk membiayai kesempatan investasi baru. Kedua;
memperoleh pendapatan untuk memenuhi laba yang disyaratkan oleh Wall Street.
SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1)
ekuitas dalam bentuk saham tresuri, (2) ekuitas dalam bentuk minimum 3% dari
aset yang berasal dari pihak ketiga yang tidak berhubungan, (3) jumlah yang
besar dari utang bank. Modal
ini berada pada sisi kanan neraca SPEs, akan tetapi pada sisi kiri modal
digunakan untuk membeli aset dari Enron. Hal ini menyebabkan harga saham SPEs
berkaitan dengan harga saham Enron. Saat saham SPEs naik, maka saham Enron
ter-apresiasi. Sedangkan saat harga saham SPEs turun, maka harga saham Enron
ter-depresiasi (Eiteman, dkk, 2007).
Menurunnya harga saham Enron hingga $47
per lembar saham pada bulan Juli 2001, menyebabkan investor curiga. Hal ini
menyebabkan Sherron Watkins, wakil presiden Enron mencoba memperingatkan
Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar surat yang menjelaskan proses akuntan yang
tidak wajar sehubungan dengan SPEs dan memperingatkan akan kecurangan proses
akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron Watkins tidak dihiraukan oleh Ken Lay,
sehingga terjadilah tsunami di Enron. Harga sahamnya jatuh hingga tersisa $1
per lembar saham yang menyebabkan Enron bangkrut (Velasquez, 2006).Pada Bulan
Februari 2002, Sherron Watkins dipanggil oleh DPR untuk menjelaskan skandal
Enron, tentang aktivitas akuntansi perusahaan. Kemudian Sherron Watkins menjelaskan semua
permasalahan tersebut, dan menyebabkan dirinya dijuluki sebagai courageous whistleblower (Velasquez,
2006).
3.2
Analisis Kasus
Pada kasus ini dapat kita lihat bahwa
Enron mengadopsi model SWM (Shareholder
Wealth Maximization), dengan asumsi bahwa pasar efisien. Ini mengandung
makna, harga saham selalu tepat memproyeksikan harapan akan return dan risiko yang dipersepsikan
oleh investor. Model SWM ini
fokus pada maksimalisasi nilai jangka panjang, bukan hanya jangka pendek. Sedangkan
Enron lebih berfokus pada tujuan jangka pendek untuk memenuhi komitmen dengan
Wall Street. Fokus jangka
pendek oleh manajemen dan investor ini disebut dengan impatient capitalism.
Pertanyaan dan jawaban:
1. Manakah dalam sistem pengelolaan
perusahaan, baik internal maupun eksternal yang menjadi penyebab utama
kegagalan Enron?
Internal
Masalah yang berasal dari BOD yang
bersinergi dengan Andy Fastow membentuk SPEs. SPEs ini digunakan sebagai
perusahaan pengalihan utang Enron dan aset Enron yang bermasalah. Tujuan SPE
yaitu;
Ø Menjual aset Enron yang bermasalah untuk
mendapatkan dana investasi baru
Ø Menjual investasi yang bermasalah ke
rekanan dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan sesuai dengan target dari
Wall Street
Eksternal
Ø Auditor: Arthur Andersen bersikap tidak
independen dalam mengaudit laporan keuangan Enron
2. Jelaskan bagaimana seharusnya pemegang
saham individu dan komponen dari sistem pengelolaan perusahaan mencegah masalah
pada Enron atau menyelesaikan masalah sebelum terjadi krisis?
Untuk mencegah masalah:
Ø Auditor: melakukan audit sesuai dengan
kode etik profesi akuntan dan GAAP. Audit forensik – Audit investigatif
Ø Legal
counsel: seharusnya
melakukan investasi secara detail dan menyeluruh pada manajemen, khususnya yang
menyangkut aspek legalitas pada kepemilikan dari SPEs.
Ø Regulator: bertanggungjawab mengawasi
perusahaan secara mendalam, penerbitan peraturan dan UU khususnya dalam GCG
Ø Equity
market: seharusnya tidak
langsung percaya pada nama besar/ reputasi besar KAP Arthur Andersen tetapi
juga melakukan analisis laporan keuangan intensif dan investigasi secara
mendalam tidak hanya berdasar pada hasil audit.
Ø Debt
market: memberi rating
perusahaan sesuai dengan hasil investigasi yang mendalam
Ø Bank
and Bankers: bersikap
independen dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan dan menganalisis
hubungan kepemilikan antar perusahaan
Menyelesaikan masalah yang terjadi:
Ø Menerbitkan peraturan yang jelas untk
mengatur transparansi pengungkapan transaksi keuangan antar perusahaan
(regulator)
Ø Tuntutan hukum terhadap manajemen Enron
yang bertanggung-jawab atas terjadinya permasalahan ini
Ø Dibubarkannya firma KAP Arthur Andersen
Ø Jasa audit KAP dipisah dengan jasa
konsultan perusahaan untuk independensi KAP
Ø Banyak kasus auditor mengaudit laporan
keuangan perusahaan tidak bekerja dibawah pengawasan komite audit (KA) dan
tidak bebas dari pengaruh manajemen senior perusahaan – sehingga perlu KA dari
eksternal seperti akademisi dan praktisi akuntansi.
3. Jika semua perusahaan publik di Amerika
menjalankan operasinya seperti Enron, mengapa orang akan berpikir hal ini akan
menjadi isolated incident, dan bukan
contoh dari banyak kegagalan?
Ø Karena masalah Enron melibatkan
pihak-pihak internal maupun eksternal dalam bentuk kecurangan yang sistemik.
Sehingga sulit mengungkapkan kecurangan yang Enron lakukan. Hal inilah yang
mendorong pemerintah Amerika mengeluarkan Sarbanes
Oxley Act 2002, pada tanggal 30 Juli 2002.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari analisis dan evaluasi yang disajikan
dalam bab sebelumnya, dengan mengacu kepada uraian teoritis yang ada, maka
penulis mencoba menarik kesimpulan bahwa
tidak terdapat perbedaan tingkat kelengkapan penyajian informasi
keuangan setiap perusahaan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Standar Akuntansi Keuangan,2010,”PSAK 50 (Revisi 2010):Instrument Keuangan:
Penyajian, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Farichah,2009,”Analisis
Hubungan Antara Karakteristik dan Kualitas Pengungkapan Pada Laporan Keuangan
Perusahaan di Indonesia”Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.14
No.2.Juli 2009.
Sadjiarto,Arya,1999.”Akuntansi
Internasional: Harmonisasi Versus Standarisasi.”Jurnal Akuntansi dan
Keuangan,Vol.1, No.2, Hal 144-161
Stice, Earl K,2009,”Akuntansi Keuangan ,”Jakarta, Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar